Cara Merakit dan Memasang Panel Surya Sendiri Di Rumah - Hallo sahabat begini caranya, Sharing kali ini berjudul : Cara Merakit dan Memasang Panel Surya Sendiri Di Rumah, mudah-mudahan isi postingan yang saya tulis ini dapat temans pahami dan bermanfaat buat teman teman semua, kalo bermanfaat jangan lupa di share biar banyak yang tau.
Berikut ini kami akan Uraikan Lebih Detai Tentang Cara Merakit dan Memasang Panel Surya Sendiri Di Rumah AndaJika di tinjau dari sisi ekonomu, kita perlu melakukan hitung-hitungan apakah Solar home System ini bisa dibilang lebih irit dari listrik PLN atau tidak, yang jelas investasi awal memang agak mahal, namun setelahnya anda tidak lagi mengeluarkan biaya operasional, anda hanya perlu melakukan perawatan saja terutama untuk aki sebagai penyimpan energi listrik.
Untuk membuat Solar Home System ini setidaknya harus ada empat komponen utama yaitu :
1. Panel surya
2. Solar charge controller
3. Aki
4. Inverter DC ke AC
1. Panel Surya
Panel surya adalah alat yang digunakan untuk mengubah sinar matahari menjadi listrik. Dalam sinar matahari terkandung energi dalam bentuk foton. Ketika foton ini mengenai permukaan sel surya, elektron-elektronnya akan tereksitasi dan menimbulkan aliran listrik. Prinsip ini dikenal sebagai prinsip fotoelektrik. Sel surya dapat tereksitasi karena terbuat dari material semikonduktor yang mengandung unsur silikon. Silikon ini terdiri atas dua jenis lapisan sensitif: lapisan negatif (tipe-n) dan lapisan positif (tipe-p).
Terdapat setidaknya dua jenis panel surya yaitu polikristalin dan monokristalin. Panel surya monokristalin merupakan panel yang paling efisien yang dihasilkan dengan teknologi terkini dan menghasilkan daya listrik per satuan luas yang paling tinggi. Monokristal dirancang untuk penggunaan yang memerlukan konsumsi listrik besar pada tempat-tempat yang beriklim tropis. Kelemahan dari panel jenis ini adalah tidak akan berfungsi baik di tempat yang cahaya mataharinya kurang (teduh), efisiensinya akan turun drastis dalam cuaca berawan. Panel surya polikristalin merupakan panel surya yang memiliki susunan kristal acak karena difabrikasi dengan proses pengecoran. Tipe ini memerlukan luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan jenis monokristalin untuk menghasilkan daya listrik yang sama. Panel surya jenis ini memiliki efisiensi lebih rendah dibandingkan tipe monokristalin, sehingga memiliki harga yang cenderung lebih rendah. Keunggulan tipe polikristalin adalah panel surya masih dapat mengkonversi energi yang lebih tinggi pada cuaca yang berawan jika dibandingkan dengan tipe monokristalin.
2. Solar Charge Controller
Solar controller adalah alat yang digunakan untuk mengontrol proses pengisian muatan listrik dari panel surya ke aki dan juga pengosongan muatan listrik dari aki ke beban seperti lampu, inverter, TV, dll. Terdapat setidaknya dua jenis solar controller yaitu yang menggunakan teknologi PWM (pulse width modulation) dan MPPT (maximum power point tracking). Solar controller PWM akan melakukan pengisian muatan listrik ke aki dengan arus yang besar ketika aki kosong, dan kemudian arus pengisian diturunkan secara bertahap ketika aki semakin penuh. Teknologi ini memungkinkan aki akan terisi dalam kondisi yang benar-benar penuh tanpa menimbulkan ‘stress’ pada aki. Ketika aki penuh solar controller ini akan menjaga aki tetap penuh dengan tegangan float tertentu.
Untuk membuat rangkaian SHS bisa bekerja, maka tegangan output dari panel surya harus lebih besar daripada tegangan aki yang akan diisi muatan listrik. Apabila tegangan output panel surya sama atau bahkan malah kurang dari tegangan aki, maka proses pengisian muatan listrik ke aki tidak akan terjadi. Umumnya panel surya dapat mempunyai tegangan output sekitar 18 volt, masuk ke solar controller yang mempunyai tegangan output antara 14,2 – 14,5 volt untuk pengisian aki 12 volt. Dengan demikian akan terdapat kelebihan tegangan sekitar (18 – 14,5 = 3,5) volt. Pada solar controller dengan teknologi MPPT, kelebihan tegangan ini akan dikonversikan ke penambahan arus pengisian aki, sehingga teknologi ini mempunyai efisiensi yang lebih tinggi daripada PWM.
3. Aki - Baterai Penyimpan Daya Listrik DC
Aki adalah media penyimpan muatan listrik. Secara garis besar aki dibedakan berdasarkan aplikasi dan konstruksi. Berdasarkan aplikasi maka aki dibedakan untuk engine starter (otomotif) dan deep cycle. Aki otomotif umumnya dibuat dengan pelat timbal yang tipis namun banyak sehingga luas permukaannya lebih besar (Gambar 2). Dengan demikian aki ini bisa menyuplai arus listrik yang besar pada saat awal untuk menghidupkan mesin. Aki deep cycle biasanya digunakan untuk sistem fotovoltaik (solar cell) dan back up power, dimana aki mampu mengalami discharge hingga muatan listriknya tinggal sedikit.
Secara konstruksi aki dibedakan menjadi tipe basah (konvensional, flooded lead acid), sealed lead acid (SLA), valve regulated lead acid (VRLA), gel, dan AGM (absorbed glass mat); dimana semuanya merupakan aki yang berbasis asam timbal (lead acid). Tabel 2 menunjukkan voltase yang diperlukan untuk proses absorption charging (dengan arus maksimum) dan float charging (untuk mencegah self discharge) pada jenis-jenis aki tersebut.
. 4. Inverter
Inverter adalah perangkat yang digunakan untuk mengubah arus DC dari aki menjadi arus AC dengan tegangan umumnya 220 volt. Alat ini diperlukan untuk SHS karena menyangkut instalasi kabel yang banyak dan panjang. Apabila beban bukan untuk instalasi rumah, misalnya hanya untuk menghidupkan satu lampu atau alat dengan voltase 12 VDC dan tidak menggunakan kabel yang panjang (seperti PJU: Penerangan Jalan Umum), inverter tidak diperlukan. Apabila jumlah beban banyak dan kabel panjang dan tetap menggunakan arus DC 12 volt tanpa inverter, maka akan banyak sekali listrik yang hilang di kabel (losses). Selain itu jika menggunakan inverter yang mengubah menjadi arus AC 220 volt, ini akan sesuai dengan listrik PLN sehingga bisa dibuat listrik hibrid (gabungan listrik PLN dan SHS) dengan instalasi kabel dan lampu yang sama.
Terdapat tiga jenis inverter dilihat dari gelombang output-nya yaitu pure sine wave, square wave, dan modified sine wave.
Inverter pure sine wave mempunyai bentuk gelombang sinus murni seperti listrik dari PLN. Bentuk gelombang ini merupakan yang paling ideal untuk peralatan elektronik pada umumnya.
Inverter square wave mempunyai bentuk gelombang kotak sebagai hasil dari proses swicthing sederhana. Bentuk gelombang ini tidak ideal dan dalam banyak kasus dapat merusak peralatan elektronik rumah tangga.
Inverter modified sine wave mempunyai gelombang yang dimodifikasi mendekati bentuk sinus. Bentuk gelombang ini dapat merusak peralatan yang bersifat sensitif.
Inverter square wave sebaiknya dihindari supaya tidak merusak peralatan elektronik, sedangkan inverter modified sine wave sebaiknya tidak digunakan untuk peralatan yang mengubah listrik menjadi gerakan seperti pompa, kipas angin, printer, dll. Inverter modified sine wave merupakan inverter yang banyak dijual di pasaran, sedangkan inverter pure sine wave jarang ada di pasaran karena harganya yang mahal, sekitar 10 kali lipat harga inverter modified sine wave.
Cara Merangkai Solar Home System
Rangkaian SHS sebenarnya sangatlah sederhana seperti pada Gambar 1 di atas. Panel surya yang saya gunakan sebanyak 6 yang terdiri dari 2 panel 50 watt peak (Wp) dan 4 panel 100 Wp, masing-masing mempunyai tegangan output 18 volt. Untuk menghindari losses listrik yang besar, SHS yang saya pasang menggunakan sistem solar controller 24 volt, bukan 12 volt. Supaya tegangannya mencukupi untuk pengisian aki, maka panel surya harus diseri. Dua kali dua (2 x 2) panel 100 Wp diseri menghasilkan tegangan 36 volt dan arus maksimum 2 x 5,8 A, kemudian dua kali panel 50 Wp juga diseri menghasilkan tegangan 36 volt dan arus maksimum 3A. Dua rangkaian tersebut kemudian diparalel sehingga diperoleh panel surya total 36 volt dan arus maksimum 14,6 A
Untuk panel surya saya pilih yang tipe monokristalin karena komplek perumahan yang berada di sekitar sawah dimana tidak ada halangan sinar matahari yang cukup berarti sepanjang pagi hingga sore kecuali awan/mendung. Sehingga tipe monokristalin ini akan memberikan efisiensi konversi energi yang lebih baik. ini adalah foto panel surya yang di pasang di atas Atap rumah.
Output dari panel surya dialirkan ke solar controller yang kemudian diatur untuk pengisian aki dan juga beban ke inverter (Gambar 7). Hal yang harus diperhatikan adalah besarnya kabel koneksi. Berhubung arus yang akan mengalir ke solar controller dan kemudian ke aki dan inverter cukup besar, maka kabel harus menyesuaikan. Acuan singkatnya untuk arus sebesar 10 A maka kabel yang dipasang setidaknya mempunyai ukuran luas penampang minimal 2,5 mm2, jika kurang dari itu maka kabel bisa panas dan terbakar.
Solar charge controller yang digunakan seperti pada gambar di bawah, dengan kapasitas 30 A ini adalah jenis controller yang cukup bagus karena beberapa alasan.
Pertama, controller ini menggunakan teknologi MPPT sehingga efisiensi dalam pengisian aki lebih tinggi. Sesuai spesifikasi panel surya yang saya rangkai, arus pengisian adalah 14,6 A, namun dengan solar controller ini kelebihan tegangan panel surya dikonversi ke arus pengisian sehingga totalnya menjadi maksimal kurang lebih 18 A.
Kedua, parameter bisa diubah-ubah sesuai dengan tipe aki. Sebagai contoh tegangan pengisian (charging) ‘float’ bisa diubah-ubah. Tegangan charging float untuk aki basah umumnya 13,5 volt untuk aki 12 volt atau 27 volt untuk aki 24 volt. Jenis aki lain mempunyai tegangan charging float yang berbeda. Parameter lain yang bisa diubah adalah tegangan aki minimum ketika aliran listrik ke beban harus diputus. Ketika terjadi proses discharging karena digunakan oleh beban, maka tegangan aki akan terus berkurang. Ketika tegangan yang menurun tersebut sampai pada tegangan minimum yang ditentukan tadi, maka solar charge controller otomatis akan memutuskan aliran ke beban supaya aki tidak terjadi over-discharging. Fitur ini sangat penting ketika kita tidak menggunakan jenis aki deep cycle. Dari beberapa fitur yang disebut di atas, sudah jelas controller ini sangat fleksibel.
Ketiga, controller ini sangat informatif dengan parameter-parameter semua ditampilkan dalam layar LCD seperti arus dan tegangan charging, serta arus dan tegangan discharging.
Keempat, seperti jenis controller pada umumnya, disertai fitur program otomasi untuk pengaturan kapan aliran beban disambung dan diputus, apakah dengan timer atau dengan indikator sinar matahari (ON ketika gelap di sore hari, dan OFF ketika terang di pagi hari).
Jenis aki yang digunakan adalah aki basah sebanyak 2×100 Ah dan 2x60Ah yang dikombinasi seri dan paralel seperti skema Gambar 7 di atas. Dari konfigurasi tersebut diperoleh aki 24 volt dengan kapasitas muatan 160 Ah. Di sini saya sengaja memilih jenis aki basah karena lebih murah dari jenis aki lain (Gambar 9). Dengan jenis solar charge controller seperti dijelaskan di atas, penggunaan aki basah saya pikir tidak terlalu menjadi masalah. Hanya saja kita memang harus rajin memeriksa level air aki setidaknya setiap 2 bulan sekali.
Selain itu penempatan aki basah dalam ruang tertutup atau di dalam rumah juga cukup beresiko, karena selama proses charging aki akan mengeluarkan uap air aki yang berbau menyengat dan tidak bagus bagi manusia. Untuk mengantisipasinya, saya pasang selang ventilasi dari lemari kecil tersebut melewati dalam tembok bersama kabel-kabel dan kemudian dihisap dengan kipas hisap yang biasanya untuk laptop di atas plafon rumah.
Inverter yang digunakan adalah jenis pure sine wave (Gambar 10). Sebelumnya saya menggunakan jenis modified sine wave dari berbagai merk dan spesifikasi yang ternyata memang bermasalah atau tidak cocok untuk beberapa alat elektronik di rumah seperti lampu jenis LED merk tertentu, sensor gerak dengan saklar relay, sensor cahaya dengan saklar relay, dll. Sehingga saya beralih ke inverter pure sine wave supaya benar-benar lebih aman untuk semua peralatan elektronik di rumah. Sampai saat ini dengan jenis inverter ini tidak ada masalah untuk semua peralatan elektronik.
Load atau beban disetel tersambung aliran listrik hanya ketika gelap (malam hari), dan ketika siang aliran listrik ke beban (inverter) akan diputus oleh solar controller. Beban yang terpasang adalah semua lampu di rumah, televisi, beberapa stop contact tertentu yang salah satunya untuk laptop.
Listrik di rumah dibuat sistem hibrid, yaitu menggunakan sumber listrik dari PLN dan PLTS. Saklar yang mengarah ke atas artinya menggunakan listrik PLN terus menerus selama 24 jam. Saklar mengarah ke bawah artinya menggunakan listrik PLN dan SHS yang berganti secara otomatis ketika petang dan pagi hari (sistem hibrid). Untuk yang terakhir ini, sistem otomasi cukup sederhana yaitu hanya menggunakan saklar elektrik (relay). Ketika solar controller memutus aliran ke beban, maka relay secara pasif akan menghubungkan aliran ke listrik PLN. Ketika gelap (petang) aliran ke beban tersambung sehingga menggerakkan relay yang kemudian mengganti sambungan listrik ke SHS.
Rata-rata beban SHS dari petang hari hingga malam jam 9 sekitar 200 Watt, sedangkan setelah jam 9 malam hingga pagi hari beban SHS rata-rata sekitar 100 Watt. Beban ini relatif kecil karena semua lampu sudah berupa lampu LED. Selain itu TV juga sudah menggunakan TV LED. Jika dihitung muatan listrik yang terpakai setiap malam rata-rata 60 Ah dari aki 24 volt. Karena muatan aki total adalah 160 Ah (24 volt) maka masih tersisa setiap pagi hari rata-rata 100 Ah, dimana ini masih jauh di atas 50% kapasitas muat aki, sehingga masih relatif aman supaya aki basah ini tetap awet.
Untuk charging dari panel surya, dengan mengasumsikan penyinaran matahari maksimum terjadi selama 5 jam sehari dengan arus 14,6 A maka akan tersimpan muatan sebesar 14,6 A x 5 jam = 73 Ah. Di luar 5 jam penyinaran maksimum tersebut, panel surya masih tetap melakukan charging namun dengan arus yang lebih kecil. Sehingga penggunaan 60 Ah setiap malam umumnya akan terkompensasi dengan pengisian aki pada siang hari.
Hitungan di atas hanyalah perkiraan kasar karena tidak memasukkan faktor efisiensi alat-alat.
Dalam kondisi musim penghujan proses charging bisa jadi akan kurang dari 50 Ah setiap harinya, sehingga aki semakin lama akan semakin terkuras habis setelah berhari-hari kondisi hujan (mendung). Untuk mengantisipasi supaya aki tetap terjaga dalam kondisi full setiap menjelang petang hari, dipasang juga charger aki biasa yang bersumber dari listrik PLN
Charger konvensional ini disetel secara otomatis akan hidup setiap harinya menjelang petang (jam 4 sore) untuk mengecek kapasitas aki apakah sudah full muatannya atau belum. Penyetelan otomatisnya menggunakan timer. Apabila kondisi aki belum full, maka charger konvensional akan melakukan pengisian aki. Apabila aki sudah full, maka charger konvensional tidak akan melakukan pengisian aki. Yang harus diperhatikan di sini adalah ketika charger konvensional hidup maka secara otomatis koneksi aki dan panel surya ke solar controller harus terputus. Mekanisme ini dilakukan dengan memasang saklar elektrik (relay).
Tentang biaya, perangkat-perangkat yang saya sebut di atas dibeli pada kuartal ke-3 tahun 2013 dengan harga pada saat itu. Harga panel surya sebenarnya sangat bervariasi di pasaran, tergantung merk. Panel surya yang saya beli merk-nya Sunrise buatan China dengan garansi 25 (dua puluh lima) tahun. Harga panel yang 100 Wp adalah Rp 1,8 juta, sedangkan panel yang 50 Wp Rp 1 juta. Harga aki basah 2×100 Ah dan 2×60 Ah total adalah Rp 2,7 juta. Solar charge controller MPPT 30 A harganya Rp 0,6 juta. Inverter pure sine wave 500 W (1200 W surge) harganya Rp 1,4 juta. Sehingga biaya keempat perangkat utama SHS adalah sekitar Rp 14 juta. Perangkat pendukung lain seperti kabel instalasi, saklar elektrik (relay), lampu-lampu LED, dll juga harus disiapkan.
Karena negara Indonesia terletak di daerah tropis, maka tenaga matahari adalah sumber energi alternatif yang sangat melimpah.
Sumber : "http://www.agusharis.net"
Apa keuntungan menggunakan listrik dengan solar panel?
Perihal harga, saat ini sistem ini (sudah berikut seluruh perangkatnya) adalah berkisar US$ 9 -10 per wattnya. Jadi jika menggunakan 7 panel yang 100 wp (sehingga totalnya = 7 x 100 wp), maka estimasi biaya kurang lebih 700 watt x US$ 10 = US$ 7,000.
Selamat Menyimak !!!
Sebelum Anda Menutup Halaman Ini ada baiknya anda berbagi kasih dengan membagikan Informasi bermanfaat ini kepada teman - teman yang lain dengan cara menekan Tombol Share Di bawah Postingan ini, agar semakin banyak orang yang di berkati lewat informasi yang anda bagikan.
Terima kasih atas kunjungannya di begini caranya info yang sudah anda baca : Cara Merakit dan Memasang Panel Surya Sendiri Di Rumah, bisa anda share dengan link :
https://beginicarabikinnya.blogspot.com/2015/12/cara-merakit-dan-memasang-panel-surya.html
Cara Merakit dan Memasang Panel Surya Sendiri Di Rumah
Energi Sinar Matahari adalah salah satu Energi yang Gratis, Seiring Perkembangan Tehnologi, kini kita dapat memasang panel surya di atas rumah kita dengan mudah dengan biaya yang relatif sangat terjangkau, sehingga kita punya sumber listrik alternatif yang lebih murah dan ramah lingkungan di rumah kita, dahulu kala memang dibutuhkan banyak lempengan solar cell atau panel surya untuk menghasilkan listrik yang cukup di rumah anda serta lahan yang luas untuk memproduksi listrik dari tenaga surya. tetapi kini kondisinya berbeda. Berkat kemajuan teknologi, kini, setiap rumah pun bisa memperoleh listrik dari sinar matahari. Dengan hanya memasang panel surya berukuran kurang dari 10 meter persegi di atap rumah, kebutuhan listrik di rumah anda sudah akan tercukupi selama 24 jam. Jika anda tertarik anda bisa merakitnya sendiri di rumah anda dengan mudah oleh sebab itu terlebih dahulu kami sarankan Ayo Pelajari Caranya Merakit dan Memasang Panel Surya Sendiri Di Rumah !!!
Sebelum anda mencoba merakit dan memasang panel surya sendiri di rumah anda ada baiknya anda coba simak dahulu video tutorial tentang Cara pasang panel surya agar bisa menghemat listrik di rumah, dimana Grid Tie Inverter (GTI) ini adalah inverter dengan teknologi baru yang memungkinkan untuk mengkonversikan listrik DC yang dihasilkan oleh solar cell menjadi listrik AC 220V dan langsung menginjeksikan ke jaringan/instalasi PLN eksisting pelanggan listrik. Selamat Menyimak !
SEKILAS INFO :
Mau Pempers Gratis Premium Care New Born isi 13 Gratis ? Tersedia 40 Ribu Paket Sample Gratis Isi 13 Pcs untuk Anda !
Good Luck!
Cek Info Promo Berikutnya Di Sini
Berikut ini contoh dalam skala kecil berbagai macam alat - alat eletronik yang sudah teraplikasi dengan tehnologi tenaga surya, harga dan contohnya bisa anda lihat di SINI
Secara umum panel surya ini dapat di pasang di atas atap rumah, di atas bangunan, di tanah berdiri sendiri menggunakan tiang. Tapi, di daerah pemukiman yang keterbatasan ruang menjadi kendala besar, atap rumah umumnya lebih disukai. Banyak hal yang harus dilakukan ketika menginstal panel surya agar menjadikannya efektif untuk menghasilkan listrik sepanjang tahun. Artikel ini akan merinci langkah-langkah yang benar untuk menginstal panel surya.
Panel surya dapat pasang pada berbagai jenis atap. Lebih baik lagi bila diinstal ketika rumah sedang dibangun atau ketika atap sedang diperbaiki. Menginstal panel surya saat pemasangan atap bisa menghindari kebocoran atap yang mungkin bisa terjadi.
Langkah pertama dalam menginstal sebuah panel surya adalah memasang rangka besi di atap rumah. Setelah itu, langkah selanjutnya adalah memasang dudukan panel surya. Dudukan di atas atap harus dipasang rapat menggunakan baut stainless steel sehingga mereka tidak bergeser bahkan ketika angin kencang bertiup. Instalasi panel surya di atap genteng agak sulit dan kontak langsung panel surya ke genteng harus dihindari guna mencegah kerusakan pada genteng yang rapuh.
Setelah diinstal, panel surya kemudian harus dihubungkan ke inverter. Inverter mengubah arus searah (DC) yang dihasilkan oleh panel surya menjadi arus bolak-balik (AC) karena sebagian besar perangkat rumah tangga umumnya berjalan di arus AC. Selanjutnya inverter harus dihubungkan ke sistem listrik di rumah. Kabel yang tepat dan switch AC / DC harus dipasang dengan benar oleh ahli listrik sehingga inverter terhubung dengan baik ke sistem listrik di rumah. Jika terjadi kelebihan listrik, baterai harus dihubungkan ke inverter untuk menyimpan kelebihan listrik agar dapat digunakan ketika tidak ada sinar matahari, energi yang berlebih juga bisa dijual ke perusahaan listrik (di beberapa negara).
Posisi Panel Surya Harus Menghadap Sinar Matahari Langsung
Panel surya biasanya dipasang di atap sehingga mendapatkan sinar matahari yang cukup. Panel surya paling efektif ketika kontak langsung dengan sinar matahari sehingga mereka dapat menangkap sebagian besar sinar matahari yang mengarah ke mereka. Panel surya harus diposisikan sehingga mereka mendapatkan paparan sinar matahari yang baik di sekitar tengah hari ketika energi matahari bisa ditangkap secara maksimum. Paparan sinar matahari dapat bervariasi tergantung musim dan posisi matahari terhadap bumi, panel surya harus dipasang sedemikian rupa sehingga mereka dapat menghadap ke posisi matahari secara maksimal di setiap musim.
Perhatikan Setiap Penghalang Sinar
Harus diperhatikan bahwa mungkin terdapat penghalang di antara panel surya dan sinar matahari. Penghalang kecil seperti cabang-cabang pohon sangat bisa menghambat kinerja panel surya, sehingga harus dipangkas pada saat pemasangan panel surya itu. Jalur matahari harus ditelusuri sepanjang hari sebelum memasang panel surya sehingga tidak ada objek yang menghalangi paparan sinar matahari ke panel surya sepanjang siang hari ketika matahari bersinar. Jika tidak mungkin untuk menghilangkan beberapa hambatan seperti dinding tetangga, maka panel surya dapat dimiringkan ke sudut-sudut yang tidak terhalang.
Menggunakan Dudukan untuk Memasang Panel Surya
Jika memiringkan panel surya pada sudut yang tepat tidak cukup untuk mengatasi penghalang, dudukan panel surya dapat digunakan untuk menginstal mereka dengan cara yang tepat. Dudukan dapat membantu untuk memasang panel surya di atap atau bahkan sebagai unit yang dibangun tersendiri. Dudukan panel surya membantu dalam mengubah arah paparan sinar matahari ke panel surya secara signifikan. Dudukan panel surya tersedia dalam berbagai jenis seperti dudukan di tiang, dudukan di atap, dudukan di tanah dll.Sebelum anda mencoba merakit dan memasang panel surya sendiri di rumah anda ada baiknya anda coba simak dahulu video tutorial tentang Cara pasang panel surya agar bisa menghemat listrik di rumah, dimana Grid Tie Inverter (GTI) ini adalah inverter dengan teknologi baru yang memungkinkan untuk mengkonversikan listrik DC yang dihasilkan oleh solar cell menjadi listrik AC 220V dan langsung menginjeksikan ke jaringan/instalasi PLN eksisting pelanggan listrik. Selamat Menyimak !
SEKILAS INFO :
Mau Pempers Gratis Premium Care New Born isi 13 Gratis ? Tersedia 40 Ribu Paket Sample Gratis Isi 13 Pcs untuk Anda !
Good Luck!
Cek Info Promo Berikutnya Di Sini
Berikut ini contoh dalam skala kecil berbagai macam alat - alat eletronik yang sudah teraplikasi dengan tehnologi tenaga surya, harga dan contohnya bisa anda lihat di SINI
Secara umum panel surya ini dapat di pasang di atas atap rumah, di atas bangunan, di tanah berdiri sendiri menggunakan tiang. Tapi, di daerah pemukiman yang keterbatasan ruang menjadi kendala besar, atap rumah umumnya lebih disukai. Banyak hal yang harus dilakukan ketika menginstal panel surya agar menjadikannya efektif untuk menghasilkan listrik sepanjang tahun. Artikel ini akan merinci langkah-langkah yang benar untuk menginstal panel surya.
Panel surya dapat pasang pada berbagai jenis atap. Lebih baik lagi bila diinstal ketika rumah sedang dibangun atau ketika atap sedang diperbaiki. Menginstal panel surya saat pemasangan atap bisa menghindari kebocoran atap yang mungkin bisa terjadi.
Langkah pertama dalam menginstal sebuah panel surya adalah memasang rangka besi di atap rumah. Setelah itu, langkah selanjutnya adalah memasang dudukan panel surya. Dudukan di atas atap harus dipasang rapat menggunakan baut stainless steel sehingga mereka tidak bergeser bahkan ketika angin kencang bertiup. Instalasi panel surya di atap genteng agak sulit dan kontak langsung panel surya ke genteng harus dihindari guna mencegah kerusakan pada genteng yang rapuh.
Setelah diinstal, panel surya kemudian harus dihubungkan ke inverter. Inverter mengubah arus searah (DC) yang dihasilkan oleh panel surya menjadi arus bolak-balik (AC) karena sebagian besar perangkat rumah tangga umumnya berjalan di arus AC. Selanjutnya inverter harus dihubungkan ke sistem listrik di rumah. Kabel yang tepat dan switch AC / DC harus dipasang dengan benar oleh ahli listrik sehingga inverter terhubung dengan baik ke sistem listrik di rumah. Jika terjadi kelebihan listrik, baterai harus dihubungkan ke inverter untuk menyimpan kelebihan listrik agar dapat digunakan ketika tidak ada sinar matahari, energi yang berlebih juga bisa dijual ke perusahaan listrik (di beberapa negara).
Posisi Panel Surya Harus Menghadap Sinar Matahari Langsung
Panel surya biasanya dipasang di atap sehingga mendapatkan sinar matahari yang cukup. Panel surya paling efektif ketika kontak langsung dengan sinar matahari sehingga mereka dapat menangkap sebagian besar sinar matahari yang mengarah ke mereka. Panel surya harus diposisikan sehingga mereka mendapatkan paparan sinar matahari yang baik di sekitar tengah hari ketika energi matahari bisa ditangkap secara maksimum. Paparan sinar matahari dapat bervariasi tergantung musim dan posisi matahari terhadap bumi, panel surya harus dipasang sedemikian rupa sehingga mereka dapat menghadap ke posisi matahari secara maksimal di setiap musim.
Perhatikan Setiap Penghalang Sinar
Harus diperhatikan bahwa mungkin terdapat penghalang di antara panel surya dan sinar matahari. Penghalang kecil seperti cabang-cabang pohon sangat bisa menghambat kinerja panel surya, sehingga harus dipangkas pada saat pemasangan panel surya itu. Jalur matahari harus ditelusuri sepanjang hari sebelum memasang panel surya sehingga tidak ada objek yang menghalangi paparan sinar matahari ke panel surya sepanjang siang hari ketika matahari bersinar. Jika tidak mungkin untuk menghilangkan beberapa hambatan seperti dinding tetangga, maka panel surya dapat dimiringkan ke sudut-sudut yang tidak terhalang.
Menggunakan Dudukan untuk Memasang Panel Surya
Berikut ini kami akan Uraikan Lebih Detai Tentang Cara Merakit dan Memasang Panel Surya Sendiri Di Rumah Anda
Untuk membuat Solar Home System ini setidaknya harus ada empat komponen utama yaitu :
1. Panel surya
2. Solar charge controller
3. Aki
4. Inverter DC ke AC
1. Panel Surya
Panel surya adalah alat yang digunakan untuk mengubah sinar matahari menjadi listrik. Dalam sinar matahari terkandung energi dalam bentuk foton. Ketika foton ini mengenai permukaan sel surya, elektron-elektronnya akan tereksitasi dan menimbulkan aliran listrik. Prinsip ini dikenal sebagai prinsip fotoelektrik. Sel surya dapat tereksitasi karena terbuat dari material semikonduktor yang mengandung unsur silikon. Silikon ini terdiri atas dua jenis lapisan sensitif: lapisan negatif (tipe-n) dan lapisan positif (tipe-p).
Terdapat setidaknya dua jenis panel surya yaitu polikristalin dan monokristalin. Panel surya monokristalin merupakan panel yang paling efisien yang dihasilkan dengan teknologi terkini dan menghasilkan daya listrik per satuan luas yang paling tinggi. Monokristal dirancang untuk penggunaan yang memerlukan konsumsi listrik besar pada tempat-tempat yang beriklim tropis. Kelemahan dari panel jenis ini adalah tidak akan berfungsi baik di tempat yang cahaya mataharinya kurang (teduh), efisiensinya akan turun drastis dalam cuaca berawan. Panel surya polikristalin merupakan panel surya yang memiliki susunan kristal acak karena difabrikasi dengan proses pengecoran. Tipe ini memerlukan luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan jenis monokristalin untuk menghasilkan daya listrik yang sama. Panel surya jenis ini memiliki efisiensi lebih rendah dibandingkan tipe monokristalin, sehingga memiliki harga yang cenderung lebih rendah. Keunggulan tipe polikristalin adalah panel surya masih dapat mengkonversi energi yang lebih tinggi pada cuaca yang berawan jika dibandingkan dengan tipe monokristalin.
2. Solar Charge Controller
Solar controller adalah alat yang digunakan untuk mengontrol proses pengisian muatan listrik dari panel surya ke aki dan juga pengosongan muatan listrik dari aki ke beban seperti lampu, inverter, TV, dll. Terdapat setidaknya dua jenis solar controller yaitu yang menggunakan teknologi PWM (pulse width modulation) dan MPPT (maximum power point tracking). Solar controller PWM akan melakukan pengisian muatan listrik ke aki dengan arus yang besar ketika aki kosong, dan kemudian arus pengisian diturunkan secara bertahap ketika aki semakin penuh. Teknologi ini memungkinkan aki akan terisi dalam kondisi yang benar-benar penuh tanpa menimbulkan ‘stress’ pada aki. Ketika aki penuh solar controller ini akan menjaga aki tetap penuh dengan tegangan float tertentu.
Untuk membuat rangkaian SHS bisa bekerja, maka tegangan output dari panel surya harus lebih besar daripada tegangan aki yang akan diisi muatan listrik. Apabila tegangan output panel surya sama atau bahkan malah kurang dari tegangan aki, maka proses pengisian muatan listrik ke aki tidak akan terjadi. Umumnya panel surya dapat mempunyai tegangan output sekitar 18 volt, masuk ke solar controller yang mempunyai tegangan output antara 14,2 – 14,5 volt untuk pengisian aki 12 volt. Dengan demikian akan terdapat kelebihan tegangan sekitar (18 – 14,5 = 3,5) volt. Pada solar controller dengan teknologi MPPT, kelebihan tegangan ini akan dikonversikan ke penambahan arus pengisian aki, sehingga teknologi ini mempunyai efisiensi yang lebih tinggi daripada PWM.
3. Aki - Baterai Penyimpan Daya Listrik DC
Aki adalah media penyimpan muatan listrik. Secara garis besar aki dibedakan berdasarkan aplikasi dan konstruksi. Berdasarkan aplikasi maka aki dibedakan untuk engine starter (otomotif) dan deep cycle. Aki otomotif umumnya dibuat dengan pelat timbal yang tipis namun banyak sehingga luas permukaannya lebih besar (Gambar 2). Dengan demikian aki ini bisa menyuplai arus listrik yang besar pada saat awal untuk menghidupkan mesin. Aki deep cycle biasanya digunakan untuk sistem fotovoltaik (solar cell) dan back up power, dimana aki mampu mengalami discharge hingga muatan listriknya tinggal sedikit.
Secara konstruksi aki dibedakan menjadi tipe basah (konvensional, flooded lead acid), sealed lead acid (SLA), valve regulated lead acid (VRLA), gel, dan AGM (absorbed glass mat); dimana semuanya merupakan aki yang berbasis asam timbal (lead acid). Tabel 2 menunjukkan voltase yang diperlukan untuk proses absorption charging (dengan arus maksimum) dan float charging (untuk mencegah self discharge) pada jenis-jenis aki tersebut.
. 4. Inverter
Inverter adalah perangkat yang digunakan untuk mengubah arus DC dari aki menjadi arus AC dengan tegangan umumnya 220 volt. Alat ini diperlukan untuk SHS karena menyangkut instalasi kabel yang banyak dan panjang. Apabila beban bukan untuk instalasi rumah, misalnya hanya untuk menghidupkan satu lampu atau alat dengan voltase 12 VDC dan tidak menggunakan kabel yang panjang (seperti PJU: Penerangan Jalan Umum), inverter tidak diperlukan. Apabila jumlah beban banyak dan kabel panjang dan tetap menggunakan arus DC 12 volt tanpa inverter, maka akan banyak sekali listrik yang hilang di kabel (losses). Selain itu jika menggunakan inverter yang mengubah menjadi arus AC 220 volt, ini akan sesuai dengan listrik PLN sehingga bisa dibuat listrik hibrid (gabungan listrik PLN dan SHS) dengan instalasi kabel dan lampu yang sama.
Terdapat tiga jenis inverter dilihat dari gelombang output-nya yaitu pure sine wave, square wave, dan modified sine wave.
Inverter pure sine wave mempunyai bentuk gelombang sinus murni seperti listrik dari PLN. Bentuk gelombang ini merupakan yang paling ideal untuk peralatan elektronik pada umumnya.
Inverter square wave mempunyai bentuk gelombang kotak sebagai hasil dari proses swicthing sederhana. Bentuk gelombang ini tidak ideal dan dalam banyak kasus dapat merusak peralatan elektronik rumah tangga.
Inverter modified sine wave mempunyai gelombang yang dimodifikasi mendekati bentuk sinus. Bentuk gelombang ini dapat merusak peralatan yang bersifat sensitif.
Inverter square wave sebaiknya dihindari supaya tidak merusak peralatan elektronik, sedangkan inverter modified sine wave sebaiknya tidak digunakan untuk peralatan yang mengubah listrik menjadi gerakan seperti pompa, kipas angin, printer, dll. Inverter modified sine wave merupakan inverter yang banyak dijual di pasaran, sedangkan inverter pure sine wave jarang ada di pasaran karena harganya yang mahal, sekitar 10 kali lipat harga inverter modified sine wave.
Cara Merangkai Solar Home System
Rangkaian SHS sebenarnya sangatlah sederhana seperti pada Gambar 1 di atas. Panel surya yang saya gunakan sebanyak 6 yang terdiri dari 2 panel 50 watt peak (Wp) dan 4 panel 100 Wp, masing-masing mempunyai tegangan output 18 volt. Untuk menghindari losses listrik yang besar, SHS yang saya pasang menggunakan sistem solar controller 24 volt, bukan 12 volt. Supaya tegangannya mencukupi untuk pengisian aki, maka panel surya harus diseri. Dua kali dua (2 x 2) panel 100 Wp diseri menghasilkan tegangan 36 volt dan arus maksimum 2 x 5,8 A, kemudian dua kali panel 50 Wp juga diseri menghasilkan tegangan 36 volt dan arus maksimum 3A. Dua rangkaian tersebut kemudian diparalel sehingga diperoleh panel surya total 36 volt dan arus maksimum 14,6 A
Untuk panel surya saya pilih yang tipe monokristalin karena komplek perumahan yang berada di sekitar sawah dimana tidak ada halangan sinar matahari yang cukup berarti sepanjang pagi hingga sore kecuali awan/mendung. Sehingga tipe monokristalin ini akan memberikan efisiensi konversi energi yang lebih baik. ini adalah foto panel surya yang di pasang di atas Atap rumah.
Output dari panel surya dialirkan ke solar controller yang kemudian diatur untuk pengisian aki dan juga beban ke inverter (Gambar 7). Hal yang harus diperhatikan adalah besarnya kabel koneksi. Berhubung arus yang akan mengalir ke solar controller dan kemudian ke aki dan inverter cukup besar, maka kabel harus menyesuaikan. Acuan singkatnya untuk arus sebesar 10 A maka kabel yang dipasang setidaknya mempunyai ukuran luas penampang minimal 2,5 mm2, jika kurang dari itu maka kabel bisa panas dan terbakar.
Solar charge controller yang digunakan seperti pada gambar di bawah, dengan kapasitas 30 A ini adalah jenis controller yang cukup bagus karena beberapa alasan.
Pertama, controller ini menggunakan teknologi MPPT sehingga efisiensi dalam pengisian aki lebih tinggi. Sesuai spesifikasi panel surya yang saya rangkai, arus pengisian adalah 14,6 A, namun dengan solar controller ini kelebihan tegangan panel surya dikonversi ke arus pengisian sehingga totalnya menjadi maksimal kurang lebih 18 A.
Kedua, parameter bisa diubah-ubah sesuai dengan tipe aki. Sebagai contoh tegangan pengisian (charging) ‘float’ bisa diubah-ubah. Tegangan charging float untuk aki basah umumnya 13,5 volt untuk aki 12 volt atau 27 volt untuk aki 24 volt. Jenis aki lain mempunyai tegangan charging float yang berbeda. Parameter lain yang bisa diubah adalah tegangan aki minimum ketika aliran listrik ke beban harus diputus. Ketika terjadi proses discharging karena digunakan oleh beban, maka tegangan aki akan terus berkurang. Ketika tegangan yang menurun tersebut sampai pada tegangan minimum yang ditentukan tadi, maka solar charge controller otomatis akan memutuskan aliran ke beban supaya aki tidak terjadi over-discharging. Fitur ini sangat penting ketika kita tidak menggunakan jenis aki deep cycle. Dari beberapa fitur yang disebut di atas, sudah jelas controller ini sangat fleksibel.
Ketiga, controller ini sangat informatif dengan parameter-parameter semua ditampilkan dalam layar LCD seperti arus dan tegangan charging, serta arus dan tegangan discharging.
Keempat, seperti jenis controller pada umumnya, disertai fitur program otomasi untuk pengaturan kapan aliran beban disambung dan diputus, apakah dengan timer atau dengan indikator sinar matahari (ON ketika gelap di sore hari, dan OFF ketika terang di pagi hari).
Jenis aki yang digunakan adalah aki basah sebanyak 2×100 Ah dan 2x60Ah yang dikombinasi seri dan paralel seperti skema Gambar 7 di atas. Dari konfigurasi tersebut diperoleh aki 24 volt dengan kapasitas muatan 160 Ah. Di sini saya sengaja memilih jenis aki basah karena lebih murah dari jenis aki lain (Gambar 9). Dengan jenis solar charge controller seperti dijelaskan di atas, penggunaan aki basah saya pikir tidak terlalu menjadi masalah. Hanya saja kita memang harus rajin memeriksa level air aki setidaknya setiap 2 bulan sekali.
Selain itu penempatan aki basah dalam ruang tertutup atau di dalam rumah juga cukup beresiko, karena selama proses charging aki akan mengeluarkan uap air aki yang berbau menyengat dan tidak bagus bagi manusia. Untuk mengantisipasinya, saya pasang selang ventilasi dari lemari kecil tersebut melewati dalam tembok bersama kabel-kabel dan kemudian dihisap dengan kipas hisap yang biasanya untuk laptop di atas plafon rumah.
Inverter yang digunakan adalah jenis pure sine wave (Gambar 10). Sebelumnya saya menggunakan jenis modified sine wave dari berbagai merk dan spesifikasi yang ternyata memang bermasalah atau tidak cocok untuk beberapa alat elektronik di rumah seperti lampu jenis LED merk tertentu, sensor gerak dengan saklar relay, sensor cahaya dengan saklar relay, dll. Sehingga saya beralih ke inverter pure sine wave supaya benar-benar lebih aman untuk semua peralatan elektronik di rumah. Sampai saat ini dengan jenis inverter ini tidak ada masalah untuk semua peralatan elektronik.
Load atau beban disetel tersambung aliran listrik hanya ketika gelap (malam hari), dan ketika siang aliran listrik ke beban (inverter) akan diputus oleh solar controller. Beban yang terpasang adalah semua lampu di rumah, televisi, beberapa stop contact tertentu yang salah satunya untuk laptop.
Listrik di rumah dibuat sistem hibrid, yaitu menggunakan sumber listrik dari PLN dan PLTS. Saklar yang mengarah ke atas artinya menggunakan listrik PLN terus menerus selama 24 jam. Saklar mengarah ke bawah artinya menggunakan listrik PLN dan SHS yang berganti secara otomatis ketika petang dan pagi hari (sistem hibrid). Untuk yang terakhir ini, sistem otomasi cukup sederhana yaitu hanya menggunakan saklar elektrik (relay). Ketika solar controller memutus aliran ke beban, maka relay secara pasif akan menghubungkan aliran ke listrik PLN. Ketika gelap (petang) aliran ke beban tersambung sehingga menggerakkan relay yang kemudian mengganti sambungan listrik ke SHS.
Rata-rata beban SHS dari petang hari hingga malam jam 9 sekitar 200 Watt, sedangkan setelah jam 9 malam hingga pagi hari beban SHS rata-rata sekitar 100 Watt. Beban ini relatif kecil karena semua lampu sudah berupa lampu LED. Selain itu TV juga sudah menggunakan TV LED. Jika dihitung muatan listrik yang terpakai setiap malam rata-rata 60 Ah dari aki 24 volt. Karena muatan aki total adalah 160 Ah (24 volt) maka masih tersisa setiap pagi hari rata-rata 100 Ah, dimana ini masih jauh di atas 50% kapasitas muat aki, sehingga masih relatif aman supaya aki basah ini tetap awet.
Untuk charging dari panel surya, dengan mengasumsikan penyinaran matahari maksimum terjadi selama 5 jam sehari dengan arus 14,6 A maka akan tersimpan muatan sebesar 14,6 A x 5 jam = 73 Ah. Di luar 5 jam penyinaran maksimum tersebut, panel surya masih tetap melakukan charging namun dengan arus yang lebih kecil. Sehingga penggunaan 60 Ah setiap malam umumnya akan terkompensasi dengan pengisian aki pada siang hari.
Hitungan di atas hanyalah perkiraan kasar karena tidak memasukkan faktor efisiensi alat-alat.
Dalam kondisi musim penghujan proses charging bisa jadi akan kurang dari 50 Ah setiap harinya, sehingga aki semakin lama akan semakin terkuras habis setelah berhari-hari kondisi hujan (mendung). Untuk mengantisipasi supaya aki tetap terjaga dalam kondisi full setiap menjelang petang hari, dipasang juga charger aki biasa yang bersumber dari listrik PLN
Charger konvensional ini disetel secara otomatis akan hidup setiap harinya menjelang petang (jam 4 sore) untuk mengecek kapasitas aki apakah sudah full muatannya atau belum. Penyetelan otomatisnya menggunakan timer. Apabila kondisi aki belum full, maka charger konvensional akan melakukan pengisian aki. Apabila aki sudah full, maka charger konvensional tidak akan melakukan pengisian aki. Yang harus diperhatikan di sini adalah ketika charger konvensional hidup maka secara otomatis koneksi aki dan panel surya ke solar controller harus terputus. Mekanisme ini dilakukan dengan memasang saklar elektrik (relay).
Tentang biaya, perangkat-perangkat yang saya sebut di atas dibeli pada kuartal ke-3 tahun 2013 dengan harga pada saat itu. Harga panel surya sebenarnya sangat bervariasi di pasaran, tergantung merk. Panel surya yang saya beli merk-nya Sunrise buatan China dengan garansi 25 (dua puluh lima) tahun. Harga panel yang 100 Wp adalah Rp 1,8 juta, sedangkan panel yang 50 Wp Rp 1 juta. Harga aki basah 2×100 Ah dan 2×60 Ah total adalah Rp 2,7 juta. Solar charge controller MPPT 30 A harganya Rp 0,6 juta. Inverter pure sine wave 500 W (1200 W surge) harganya Rp 1,4 juta. Sehingga biaya keempat perangkat utama SHS adalah sekitar Rp 14 juta. Perangkat pendukung lain seperti kabel instalasi, saklar elektrik (relay), lampu-lampu LED, dll juga harus disiapkan.
Karena negara Indonesia terletak di daerah tropis, maka tenaga matahari adalah sumber energi alternatif yang sangat melimpah.
Sumber : "http://www.agusharis.net"
- Mengurangi biaya listrik jangka panjang (inget loh, kita kan pakai listrik seumur hidup!)
- Mengurangi ketergantungan pada listrik dari batubara (horeee...emisi karbon saya turun!)
- Menghindari dampak pemadaman saat harus mengejar deadline, sementara komputer tidak bisa dinyalakan :-)
- Sedikit pamer ke teman-teman kita bahwa kita sudah bergabung dengan komunitas pengguna solar panel sedunia! (huhuuuyy..coolll..!!!)
- Turut mengurangi pemanasan global karena sistem solarpanel menghasilkan energi yang ramah lingkungan yang tidak menyebabkan polusi.
Bagaimana dengan biaya pemasangannya?
Kita mulai dengan perhitungan dulu. Berapakah kebutuhan jumlah total beban di rumah yang akan menggunakan tenaga dari solar panel? Dari tagihan listrik, bisa dilihat tingkat konsumsinya dalam bentuk kWh (kilowatt per jam) setiap bulan misalnya. Nah dari situ kita bisa identifikasikan berapa kWh yang dibutuhkan tiap hari, misalnya 200 watt. | |
Pertanyaan selanjutnya adalah : Berapa lama beban yang totalnya 200 watt ini akan dihidupkan dengan menggunakan sistem solar panel ? Boleh kita ambil misalnya 12 jam. Jika 12 jam, berarti total konsumsi daya beban dalam sehari adalah 12 x 200 kWh = 2.400 watt. | |
Tentunya lebih diuntungkan jika beban yang menggunakan solar panel dinyalakan pada malam hari. Dengan begini, penggunaan baterai relatif tidak berat dan dimungkinkan jumlah baterai dapat pula dikurangi jumlahnya, karena listrik yang disupply tidak hanya oleh baterai tetapi sinar matahari masih turut memberikan supply. Mari kita ambil contoh penggunaan sistem solar panel adalah pada pukul 18.00 s/d 06.00 (12 jam). | |
Nah, sekarang kita hitung berapa besar dan jumlah baterai yang dibutuhkan untuk mensupply beban sejumlah total 2.400 watt: Jumlah total 2.400 watt perlu ditambahkan sekitar 20% yang adalah listrik yang digunakan oleh perangkat selain panel surya, yakni inverter sebagai pengubah arus DC (searah) menjadi AC (bolak - balik) (karena pada umumnya peralatan rumah tangga menggunakan arus AC), dan controller (sebagai pengatur arus) yakni menutup arus ke baterai jika tegangan sudah berlebih di baterai dan memberhentikan pengambilan arus dari baterai jika baterai sudah hampir kosong. Sehingga jika ditambahkan 20%, maka total daya yang dibutuhkan adalah 2.400 x (2.400 x 20%) = 2.880 watt. | |
Dari 2.880 watt tersebut, jika dibagi 12 V ( tegangan umum yang dimiliki baterai) maka kuat arus yang dibutuhkan adalah 240 Ampere. Maka, jika kita menggunakan baterai yang sebesar 65 Ah 12 V, maka kita membutuhkan 4 baterai (65 x 12 x 4 = 3.120 watt). | |
Dengan mendapatkan 3.120 watt ini, kita akan mendapatkan jumlah panel yang kita butuhkan, termasuk besarannya yakni sebagai berikut. Jika menggunakan ukuran panel yang 100 wp (watt peak), maka dalam sehari panel ini kurang lebih menghasilkan supply sebesar 100wp x 5 (jam) = 500 watt. Adapun 5 jam didapat dari efektivitas rata-rata waktu sinar matahari bersinar di negara tropis seperti Indonesia, dan 5 jam ini sudah menjadi semacam perhitungan rumus baku efektivitas sinar matahari yang diserap oleh panel surya. Maka jika 1 panel yang 100 wp mampu memberikan listrik sejumlah 500 watt, didapatkan total panel yang dibutuhkan adalah sejumlah 3.120 watt / 500 watt = 7 panel (baiknya kita lebihkan). | |
Nah, kita sekarang sudah berhasil mendapatkan kombinasi antara jumlah panel surya dan baterai untuk mensupply listrik sejumlah total 3.120 watt yang dinyalakan selama 12 jam sehari dimana beban yang menggunakannya dinyalakan pada malam hari antara pukul 18.00 s/d 06.00 yakni : 7 PANEL SURYA YANG 100 WP DAN 4 BUAH BATERAI 65Ah 12 V. | |
Selamat Menyimak !!!
Artikel ini dirangkum Dari Berbagai Sumber
Sebelum Anda Menutup Halaman Ini ada baiknya anda berbagi kasih dengan membagikan Informasi bermanfaat ini kepada teman - teman yang lain dengan cara menekan Tombol Share Di bawah Postingan ini, agar semakin banyak orang yang di berkati lewat informasi yang anda bagikan.
https://beginicarabikinnya.blogspot.com/2015/12/cara-merakit-dan-memasang-panel-surya.html
Cara Merakit dan Memasang Panel Surya Sendiri Di Rumah
4/
5
Oleh
topbanget
2 komentar
Mantap penjelasannya om, apalagi detail banget, salam kenal ya dari kami dan ijin promo ya harga listrik tenaga surya 5000 watt
ReplyIjin promo, Bagi yg butuh jasa Elektrikal & Pengadaan PLTS Area JABODETABEK silahkan Hubungi 085777839042
Reply